Senin, 07 November 2011

Pergaulan Remaja (Story & Warning)
ddPELAYAN MASYARAKAT - Setiap orang terlebih remajanya memang mesti gaul. Sebab kita adalah “Mahluk Gaul”. Dalam istilah sosiologi, Aristoteles menyebutkan Zoon Politicon. Meskipun secara bahasa, kamu-kamu juga pasti ada yang tahu kalau Zoon Politican itu sebetulnya lebih tepat diartikan sebagai “Hewan Gaul” dari pada “Mahluk Gaul”.

Apa pun istilahnya, yang penting kita jangan seperti hewan dalam bergaul. Iya kan? Sebab, menurut Plato manusia memiliki Jiwa Rohaniah yang tidak dimiliki hewan (Gerungan, 1996 : 5). Jiwa rohaniah berfungsi untuk menemukan nilai-nilai kebenaran dalam kehidupan ini.

HATI – HATI BERGAUL

Intinya, kita kudu hati-hati dalam bergaul. Tidak setiap gaul itu baik. Jangan lantaran takut disebut kuper atau nggak gaul, kita lalu kebablasan. Sebab, ada saja yang terjerumus ke hal-hal negatif bahkan menyesatkan gara-gara salah gaul. Entah karena faktor ikut-ikutan (imitasi), kena pengaruh (sugesti), keliru mengidentifikasi, atau karena faktor lainnya.

Oleh karena itu, ungkap L.Kohlberg, alasan moral (moral reasoning) harus senantiasa melandasi setiap sikap dan perilaku. Lewat penalaran moral, termasuk di dalamnya pertimbangan nilai-nilai agama, seseorang akan berpikir positif untuk menentukan pilihan yang terbaik.

Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam suatu pergaulan, maka secara garis besar ada gaul yang islami, ada juga gaul yang tidak islami. Gaul yang tidak islami itu bisa berbau jahiliah, musyrik, ateis, dan bau-bau, lainnya emangnya enak jadi orang bau, iya nggak!

NGETREN

Tren, atau ngetrenD telah menjadi bagian dari gaul yang sarat imitasi, terutama peniruan nilai-nilai budaya barat. Mengikuti tren tertentu dianggap gengsi, sehingga tren jadi ukuran dalam bergaul, berikut segala perilaku dan penampilan yang menyertainya. Mulai dari gaya berbusana (fesyen), gaya bersenang-senang (fun), hngga perilaku makan-minum (food). Untuk mudahnya, sebut saja “Tiga F”.

Repotnya, karena dicekoki tren, seringkali membuat orang lepas dari etika, moral, bahkan lepas dari nilai-nilai agama. Tren dalam fesyen, misalnya, kalau nggak ketat, ya transparan atau buka-bukaan mengekspose aurat (terutama aurat perempuan), padahal memperlihatkan aurat dalam agama kita dianggap sudah ketinggalan zaman karena yang begitu itu adalah “Gaya Hidup Primitif”, tradisi bina plus….tang. Jelas kan, mana yang sejatinya kuno mana yang modern.

Ada pula tren cowok meniru busana cewek, cewek meniru busana laki-laki. Katanya, Unisek. Ini jelas-jelas keblinger.

Kita beralih ke soal fun. Paling banyak ditandai pacaran, pergi ke (atau mangkal di) tempat-tempat hiburan. Pacaran sekarang cenderung mengarah pada zina (ngeseks), sedangkan di tempat-tempat hiburan sering kali terjadi ngedrink, ngedrug, dan ngegambling. Jadi sudah sangat jelas penyimpangannya dari moral atau nilai-nilai agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar