“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat [49]:13)
Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang “masih hidup” di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya.
Tidak ada mahluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu halnya dengan manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku. Allah mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaan-Nya.
Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar, sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena bisa jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT (QS. Al_Hujurat [49]:13)
Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika Allah menciptakan manusia, sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya. Sekali lagi . tak ada yang dapat membedakan kecuali ketakwaannya.
Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu kita tumbuh kembangkan agar pergaulan kita dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah islamiyah. Tiga kunci utama untuk mewujudkannya yaitu ta’aruf, tafahum, dan ta’awun. Inilah tiga kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan.
Ta’aruf. Apa jadinya ketika seseorang tidak mengenal orang lain? Mungkinkah mereka akan saling menyapa? Mungkinkah mereka akan saling menolong, membantu, atau memperhatikan? Atau mungkinkah ukhuwah islamiyah akan dapat terwujud?
Begitulah, ternyata ta’aruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan ta’aruf kita dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang.
Tafahum. Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. Dengan memahami kita dapat memilah dan memilih siapa yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa yang harus kita jauhi, karena mungkin sifatnya jahat. Sebab, agama kita akan sangat ditentukan oleh agama teman dekat kita. Masih ingat ,”Bergaul dengan orang shalih ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu memberi aroma yang harum setiap kita bersama dengannya. Sedang bergaul dengan yang jahat ibarat bergaul dengan tukang pandai besi yang akan memberikan bau asap besi ketika kita bersamanya.”
Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang shalih akan banyak sedikit membawa kita menuju kepada kesalihan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada keburukan perilaku ( akhlakul majmumah ).
Ta’awun. Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap ta’awun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasullulloh SAW telah mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain.
Ta’aruf, tafahum , dan ta’awun telah menjadi bagian penting yang harus kita lakukan. Tapi, semua itu tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena Allah. Ikhlas harus menjadi sesuatu yang utama, termasuk ketika kita mengenal, memahami, dan saling menolong. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta dan benci karena Allah. Karena cinta dan benci karena Allah akan mendatangkan keridhaan Allah dan seluruh makhluknya. Wallahu a’lam bishshawab.
Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/1775913-etika-pergaulan-menurut-islam/#ixzz1dqrHN8eS
Senin, 14 November 2011
Cara Menghindari Pergaulan Bebas
Cara Menghindari Pergaulan Bebas - Pergaulan bebas merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang yang melewati batas-batas norma ketimuran. Biasanya orang-orang yang kebanyakan terjerumus dalam pergaulan bebas ini adalah kalangan remaja, meski tidak tertutup kemungkinan para orang tua juga sebenarnya bisa terjerumus kedalam pergaulan bebas ini.
Untuk menghindari pergaulan bebas, khususnya bagi para anak-anak remaja yang sering juga disebut sebagai anak ABG, maka pada tulisan ini akan dibahas mengenai cara mengindari pergaulan bebas itu sendiri.
Dari beberapa sumber di internet, Karo Cyber mencoba merangkum berbagai cara mengindari pergaulan bebas agar anak-anak remaja tidak terjerat didalamnya.
Adapun cara mengindari pergaulan bebas tersebut antara lain dapat dilakukan dengan cara:
1. Bila tidak ada acara-acara yang memang benar-benar perlu, maka usahakanlah untuk tidak keluar dari rumah.
2. Jangan pergi ke warnet bila memang tidak ada tugas sekolah atau tugas-tugas lain yang memang perlu dan penting untuk di kerjakan.
3. Bila belum cukup umur, usahakan agar menunda dulu hubungan berpacaran, sebab ada kemungkinan bila belum cukup usia, anda bisa saja terjebak dalam hubungan ini yang menggiring anda ke arah pergaulan bebas.
4. Mendalami agama sesuai dengan kepercayaan anda.
Mudah-mudahan dengan beberapa tips diatas anda dapat terbebas dari yang namanya pergaulan bebas. Dan semoga dengan terbebasnya anda dari pergaulan bebas ini, mudah-mudahan pula akan membawa dampak yang lebih baik pada kehidupan dan masa depan anda
Untuk menghindari pergaulan bebas, khususnya bagi para anak-anak remaja yang sering juga disebut sebagai anak ABG, maka pada tulisan ini akan dibahas mengenai cara mengindari pergaulan bebas itu sendiri.
Dari beberapa sumber di internet, Karo Cyber mencoba merangkum berbagai cara mengindari pergaulan bebas agar anak-anak remaja tidak terjerat didalamnya.
Adapun cara mengindari pergaulan bebas tersebut antara lain dapat dilakukan dengan cara:
1. Bila tidak ada acara-acara yang memang benar-benar perlu, maka usahakanlah untuk tidak keluar dari rumah.
2. Jangan pergi ke warnet bila memang tidak ada tugas sekolah atau tugas-tugas lain yang memang perlu dan penting untuk di kerjakan.
3. Bila belum cukup umur, usahakan agar menunda dulu hubungan berpacaran, sebab ada kemungkinan bila belum cukup usia, anda bisa saja terjebak dalam hubungan ini yang menggiring anda ke arah pergaulan bebas.
4. Mendalami agama sesuai dengan kepercayaan anda.
Mudah-mudahan dengan beberapa tips diatas anda dapat terbebas dari yang namanya pergaulan bebas. Dan semoga dengan terbebasnya anda dari pergaulan bebas ini, mudah-mudahan pula akan membawa dampak yang lebih baik pada kehidupan dan masa depan anda
Pergaulan Bebas Kalangan Remaja, WASPADA!
Index Pergaulan Bebas Artikelnya Bisa didownload dibawah ini.
Masa remaja adalah masa yang paling berseri. Di masa remaja itu juga proses pencarian jati diri. Dan, disanalah para remaja banyak yang terjebak dalam pergaulan bebas.
Menurut Program Manajer Dkap PMI Provinsi Riau Nofdianto seiring Kota Pekanbaru menuju kotametropolitan, pergaulan bebas di kalangan remajatelah mencapai titik kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas. Mereka begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, apalagi malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP. ‘’Banyak kasus remaja putri yang hamil karena kecelakan padahal mereka tidak mengerti dan tidak tahu apa resiko yang akan dihadapinya,’’ kata cowok yang disapa Mareno ini pada Xpresi, Rabu (20/8) di ruang kerjanya.
Sejak berdirinya Dkap PMI tiga tahun lalu, kasus HIV dan hamil di luar nikah terus mengalami peningkatan. Setiap bulan ada 10-20 kasus. Mereka yang sebagian besar kalangan pelajar dan mahasiswa ini datang untuk melakukan konseling tanpa didampingi orang tua. ‘’Rata-rata mereka berusia 16-23. Bahkan ada yang berusia 14 tahun datang ke Dkap untuk konsultasi bahwa ia sudah hamil. Mereka yang melakukan konseling, ada datang sendiri, ada juga dengan pasangannya. Sebagian besar orang tua mereka tidak tahu,’’ ujarnya.
Meskipun begitu, lanjutnya para remaja yang mengalami ‘kecelakaan’ ini tak boleh dijauhi dan dibenci. ‘’Kita tidak pernah melarang mereka untuk melakukan hubungan seks, karena ketika dilarang atau kita menghakimi, mereka akan menjauhi kita. Makanya, Dkap disini merupakan teman curhat mereka dan kita memberikan solusi bersama. Seberat apapun masalahnya, kalau bersama bisa diatasi,’’ ungkapnya lagi.
Bukan hanya remaja nakal saja yang terjebak, anak baik pun bisa kena. ‘’Anak baik yang disebut anak rumah pun ada yang mengalami ‘kecelakaan’,’’ ucapnya.
Oleh sebab itu, sangat diperlukan pancegahan dini dengan memberikan pengetahuan seks. ‘’Pendidikan seks itu sangat penting sekali. Tapi, di masyarakat kita pendidikan seks itu masih dianggap tabu. Berdasarkan pengamatan kami, banyaknya remaja yang terjebak seks bebas ini dikarenakan mereka belum mengetahui tentang seks. Seks itu bukan hanya berhungan intim saja. Tapi, banyak sekali, bagaimana merawat organ vital, mencegah HIV dan lainnya. Pelajari seks itu secara benar supaya kita bisa hidup benar,’’ tuturnya.
Sementara itu, Martha Sari Uli pelajar SMAN 4 Pekanbaru mengaku interaksi bebas di kalangan remaja dalam pergaulan bebas, identik dengan kegiatan negatif. ‘’Banyak anak-anak remaja beranggapan bahwa masa remaja adalah masa paling indah dan selalu menjadi alasan sehingga banyak remaja yang menjadi korban dan menimbulkan sesuatu yang menyimpang,’’ ungkapnya ketika diminta komentarnya mengenai pergaulan bebas di kalangan remaja.
Senada dengan itu, Debora Juliana juga pelajar SMAN 4 Pekanbaru mengatakan pergaulan bebas itu saat ini sudah tidak tabu lagi, dan banyak remaja yang menjadikannya budaya modern. ‘’Pergaulan bebas berawal ketika remaja mulai melakukan perbuatan yang keluar dari jalur norma-norma yang berlaku di sekitar kehidupan kita. Sekarang banyak banget anak-anak seumuran kita sudah keluar dari jalurnya,’’ ujar cewek kelahiran 18 Juli 1993. ‘’Kalo aku nggak pernah melakukan hal tersebut dan jangan sampai lah,’’ tambahnya.
Di tempat terpisah, Ketua MUI Provinsi Riau Prof Dr H Mahdini MA mengatakan data yang ditemukan lebih banyak lagi anak-anak yang melakukan seks bebas. Maka diperlukan pencegahan. ‘’Saya meminta semua kalangan, baik para pendidik, orang tua, dan tokoh masyarakat agar memfungsikan tugas-tugas sosialnya,’’ pintanya.
Banyaknya kalangan remaja yang melakukan seks bebas, lanjutnya diindikasikan ada jaringan tertentu yang menggiring anak-anak ke hal yang negatif. Oleh karena itu, MUI menghimbau untuk menutup tempat yang berbau maksiat. ‘’Menutup tempat maksiat itu jauh lebih penting demi generasi muda,’’ sarannya.
Ditingkat pergaulan dalam kondisi hari ini, anak-anak bisa saja berbohong. Oleh sebab itu, sambungnya pengawasan orang tua harus diperketat. Tentu saja contoh perilaku orang tua sangat berperan.
Ia berharap, semua sekolah-sekolah tanpa terkecuali memperkuat kembali kehidupan beragama. ‘’Kita harus menanamkan nilai-nila agama sejak dini sehingga mereka memiliki kepribadian yang kuat,’’ katanya.
Hal yang sama juga diutarakan Drs Ali Anwar, kepala SMA 5 Pekanbaru. Menurutnya, akibat perkembangan zaman, ketika agama tidak lagi menjadi pokok dalam kehidupan banyak remaja yang terjebak dalam pergaulan bebas. ‘’Solusinya, kuatkan lagi ajaran agama. Baik di sekolah maupun di rumah agama merupakan kebutuhan pokok,’’ ucapnya.
Selain itu, orang tua harus lebih memperhatikan anaknya. ‘’Orang tua dan anak harus selalu berkomunikasi. Sehingga tahu persoalan anak,’’ ungkapnya.
Menyikapi hal ini, kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Drs HM Wardan MP mengatakan akan melakukan komunikasi dengan dinas pendidikan kabupaten/kota untuk membuat surat edaran ke sekolah-sekolah dalam mengantisipasi hal tersebut. ‘’Kita berharap jangan sampai terjadi hal tersebut karena akan merusak diri sendiri, sekolah, agama dan daerah,’’ ujarnya ketika ditemui usai acara pelantikan Persatuan Anak Guru Indonesia (Pagi) Provinsi Riau, Rabu (20/8) malam di Hotel Sahid Pekanbaru.
- Dampak Pergaulan Bebas - Pemicu Pergaulan Bebas- Aids, Narkoba dan Pergaulan Bebas- Pemuda dan Pergaulan Bebas
- Dampak Prilaku Seks Bebas Bagi Kesehatan Remaja- Pergaulan Remaja dan Seks Bebas
Masa remaja adalah masa yang paling berseri. Di masa remaja itu juga proses pencarian jati diri. Dan, disanalah para remaja banyak yang terjebak dalam pergaulan bebas.
Menurut Program Manajer Dkap PMI Provinsi Riau Nofdianto seiring Kota Pekanbaru menuju kotametropolitan, pergaulan bebas di kalangan remajatelah mencapai titik kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas. Mereka begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, apalagi malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP. ‘’Banyak kasus remaja putri yang hamil karena kecelakan padahal mereka tidak mengerti dan tidak tahu apa resiko yang akan dihadapinya,’’ kata cowok yang disapa Mareno ini pada Xpresi, Rabu (20/8) di ruang kerjanya.
Sejak berdirinya Dkap PMI tiga tahun lalu, kasus HIV dan hamil di luar nikah terus mengalami peningkatan. Setiap bulan ada 10-20 kasus. Mereka yang sebagian besar kalangan pelajar dan mahasiswa ini datang untuk melakukan konseling tanpa didampingi orang tua. ‘’Rata-rata mereka berusia 16-23. Bahkan ada yang berusia 14 tahun datang ke Dkap untuk konsultasi bahwa ia sudah hamil. Mereka yang melakukan konseling, ada datang sendiri, ada juga dengan pasangannya. Sebagian besar orang tua mereka tidak tahu,’’ ujarnya.
Meskipun begitu, lanjutnya para remaja yang mengalami ‘kecelakaan’ ini tak boleh dijauhi dan dibenci. ‘’Kita tidak pernah melarang mereka untuk melakukan hubungan seks, karena ketika dilarang atau kita menghakimi, mereka akan menjauhi kita. Makanya, Dkap disini merupakan teman curhat mereka dan kita memberikan solusi bersama. Seberat apapun masalahnya, kalau bersama bisa diatasi,’’ ungkapnya lagi.
Bukan hanya remaja nakal saja yang terjebak, anak baik pun bisa kena. ‘’Anak baik yang disebut anak rumah pun ada yang mengalami ‘kecelakaan’,’’ ucapnya.
Oleh sebab itu, sangat diperlukan pancegahan dini dengan memberikan pengetahuan seks. ‘’Pendidikan seks itu sangat penting sekali. Tapi, di masyarakat kita pendidikan seks itu masih dianggap tabu. Berdasarkan pengamatan kami, banyaknya remaja yang terjebak seks bebas ini dikarenakan mereka belum mengetahui tentang seks. Seks itu bukan hanya berhungan intim saja. Tapi, banyak sekali, bagaimana merawat organ vital, mencegah HIV dan lainnya. Pelajari seks itu secara benar supaya kita bisa hidup benar,’’ tuturnya.
Sementara itu, Martha Sari Uli pelajar SMAN 4 Pekanbaru mengaku interaksi bebas di kalangan remaja dalam pergaulan bebas, identik dengan kegiatan negatif. ‘’Banyak anak-anak remaja beranggapan bahwa masa remaja adalah masa paling indah dan selalu menjadi alasan sehingga banyak remaja yang menjadi korban dan menimbulkan sesuatu yang menyimpang,’’ ungkapnya ketika diminta komentarnya mengenai pergaulan bebas di kalangan remaja.
Senada dengan itu, Debora Juliana juga pelajar SMAN 4 Pekanbaru mengatakan pergaulan bebas itu saat ini sudah tidak tabu lagi, dan banyak remaja yang menjadikannya budaya modern. ‘’Pergaulan bebas berawal ketika remaja mulai melakukan perbuatan yang keluar dari jalur norma-norma yang berlaku di sekitar kehidupan kita. Sekarang banyak banget anak-anak seumuran kita sudah keluar dari jalurnya,’’ ujar cewek kelahiran 18 Juli 1993. ‘’Kalo aku nggak pernah melakukan hal tersebut dan jangan sampai lah,’’ tambahnya.
Di tempat terpisah, Ketua MUI Provinsi Riau Prof Dr H Mahdini MA mengatakan data yang ditemukan lebih banyak lagi anak-anak yang melakukan seks bebas. Maka diperlukan pencegahan. ‘’Saya meminta semua kalangan, baik para pendidik, orang tua, dan tokoh masyarakat agar memfungsikan tugas-tugas sosialnya,’’ pintanya.
Banyaknya kalangan remaja yang melakukan seks bebas, lanjutnya diindikasikan ada jaringan tertentu yang menggiring anak-anak ke hal yang negatif. Oleh karena itu, MUI menghimbau untuk menutup tempat yang berbau maksiat. ‘’Menutup tempat maksiat itu jauh lebih penting demi generasi muda,’’ sarannya.
Ditingkat pergaulan dalam kondisi hari ini, anak-anak bisa saja berbohong. Oleh sebab itu, sambungnya pengawasan orang tua harus diperketat. Tentu saja contoh perilaku orang tua sangat berperan.
Ia berharap, semua sekolah-sekolah tanpa terkecuali memperkuat kembali kehidupan beragama. ‘’Kita harus menanamkan nilai-nila agama sejak dini sehingga mereka memiliki kepribadian yang kuat,’’ katanya.
Hal yang sama juga diutarakan Drs Ali Anwar, kepala SMA 5 Pekanbaru. Menurutnya, akibat perkembangan zaman, ketika agama tidak lagi menjadi pokok dalam kehidupan banyak remaja yang terjebak dalam pergaulan bebas. ‘’Solusinya, kuatkan lagi ajaran agama. Baik di sekolah maupun di rumah agama merupakan kebutuhan pokok,’’ ucapnya.
Selain itu, orang tua harus lebih memperhatikan anaknya. ‘’Orang tua dan anak harus selalu berkomunikasi. Sehingga tahu persoalan anak,’’ ungkapnya.
Menyikapi hal ini, kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Drs HM Wardan MP mengatakan akan melakukan komunikasi dengan dinas pendidikan kabupaten/kota untuk membuat surat edaran ke sekolah-sekolah dalam mengantisipasi hal tersebut. ‘’Kita berharap jangan sampai terjadi hal tersebut karena akan merusak diri sendiri, sekolah, agama dan daerah,’’ ujarnya ketika ditemui usai acara pelantikan Persatuan Anak Guru Indonesia (Pagi) Provinsi Riau, Rabu (20/8) malam di Hotel Sahid Pekanbaru.
Senin, 07 November 2011
Depresi dan Masa Puber
Masa puber merupakan suatu masa dimana perkembangan remaja yang penuh dengan aneka gejolak. Pada masa ini mulai terjadi perubahan secara fisik dan mental. Secara fisik, organ-organ remaja, seperti organ reproduksi dan jaringan syaraf mulai bekerja sesuai dengan kegunaannya diciptakan. Sedangkan secara mental, remaja mulai mengalami perkembangan emosional dengan tanda mulai adanya ketertarikan terhadap lawan jenis (laki-laki tertarik pada perempuan atau sebaliknya), keinginan untuk memiliki hubungan khusus dengan orang yang disukai, dan mulai melepaskan diri dari kendali atau kontrol orang tua, dan lain-lain.
Masa puber merupakan salah satu tahap pertumbuhan yang dialami seseorang dalam hidupnya. Masa ini berjalan sekitar delapan sampai sepuluh tahun, umumnya masa puber terjadi pada usia 11 sampai 21 tahun. Masa puber merupakan masa yang krusial bagi seorang remaja. Remaja membutuhkan lebih banyak perhatian pada masa pubernya tersebut.
Salah satu hal yang menakutkan adalah perilaku seksual pada masa puber. Remaja memiliki karakter punya rasa ingin tahu yang tinggi. Agar tidak terjerumus ke dalam perilaku seksual yang buruk tentu pengawasan dari orang tua sangat penting.
Pada masa ini remaja juga akan rawan depresi. Depresi merupakan suatu gangguan mental atau psikis dan emosi remaja yang ditandai oleh adanya perasaan putus asa, sedih, kehilangan semangat, lemah dalam berpikir, merasa bersalah, serta menurunnya motivasi untuk melakukan kegiatan.
Depresi gampang terjadi pada remaja karena remaja sangat memerhatikan citra diri dan penampilan diri. Pada perkembangan remaja ini, mereka akan rentan mengalami stres, tekanan akibat beradaptasi dalam berinteraksi dengan orang lain. Banyaknya masalah yang terjadi dalam masa puber dapat menyebabkan depresi yang berkepanjangan.
Depresi akan memberikan dampak yang merugikan bagi si penderita. Remaja depresi lebih cenderung mengurung diri di kamar, mereka kehilangan rasa semangat hidup, percaya diri, kreativitas, dan antusias. Remaja menjadi pesimis memandang hidupnya, seakan kehilangan harapan, tidak satu pun yang memahami kondisinya, dan lain sebagainya.
Karena depresi berdampak buruk bagi remaja perhatian yang lebih dari orang tua sangat diperlukan.
Apa dan Bagaimana Membatasi Pergaulan
Ketika kamu masih kecil, biasanya orang tua akan membatasi pergaulan kamu dengan memilih teman-teman atau menempatkan kamu dalam kelompok bermain dengan anak-anak tertentu yang mereka kenal dan sukai. Hal ini dilakukan oleh para orang tua, agar kamu mendapatkan teman-teman yang baik dengan latar belakang keluarga yang baik pula.
Sekarang ketika kamu telah beranjak dewasa, kamulah yang berhak menentukan dengan siapakah kamu akan berteman atau bergaul. Meskipun semua keputusan kini ada di tangan kamu, membatasi diri dalam pergaulan tetap harus dilakukan. Hal ini bertujuan agar kamu tidak salah bergaul dan terjerumus dalam pergaulan bebas, drug, ataupun kenakalan remaja lainnya.
Disadari atau tidak, orang-orang yang selama ini dekat dan berteman dengan kamu memiliki peran yang besar dalam kehidupan kamu. Pada saat masih duduk di bangku sekolah, kamu mungkin lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman dibandingkan dengan orang tua dan saudara kamu. Apalagi bagi mereka yang berasal dari keluarga broken home dan kurang kasih sayang, memiliki teman-teman yang senasib ataupun yang selalu ada untuk mereka adalah hal yang paling mereka butuhkan.
Kedekatan ini kadang berdampak buruk, apalagi jika mereka memberikan pengaruh buruk bagi kamu . Baik itu dari cara berpakaian, bersikap ataupun berpikir. Teman yang salah, mungkin dapat merubah kamu dari yang tadinya rajin, penurut dan sopan, berubah menjadi seseorang yang malas, nakal, pemberontak, serta terjerumus ke dalam kenakalan remaja, seperti pergaulan bebas dan mabuk-mabukan, seperti yang banyak terjadi pada remaja saat ini. Oleh karena itu, membatasi pergaulan memang sangat penting dalam menentukan masa depan kamu kelak.
Meskipun begitu, membatasi pergaulan tidaklah selamanya baik. Terlalu pemilih dalam berteman, kadang membuat kamu menjadi “kuper” alias kurang pergaulan. Kurang pergaulan akan membuat kamu tidak berkembang, karena kamu hanya bergaul dengan orang-orang yang itu-itu saja, atau orang-orang yang setipe dengan kamu. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan kamu dalam bersosialisasi dengan orang banyak. Padahal di luar sana, masih banyak orang-orang dengan berbagai kepribadian, kemampuan dan keunikan yang dapat kamu contoh dan manfaatkan untuk meraih kesuksesan dalam hidup ini.
Intinya, membatasi pergaulan itu baik selama kamu tidak menutup diri untuk bergaul dengan orang-orang baru yang kadang tidak sesuai dengan diri kamu. Karena yang paling penting adalah cara bagaimana kamu menyaring pengaruh baik dan buruk yang mereka berikan pada kamu, agar tidak terjerumus dalam kenakalan remaja yang hanya akan merusak masa depan kamu .
Cewek Pakai Narkoba? No Way!
Narkoba semakin mengancam generasi muda. Kenakalan remaja menjadi sasaran para pebisnis haram, obat-obatan mematikan. Penyebaran narkoba semakin luas dan tidak terbendung. Lingkungan sekolah dan pelajar mulai menjadi target utama. Mengenali narkoba penting bagi kita di usia remaja. Tidak jarang yang terjebak oleh penggunaan narkoba, karena faktor kurangnya pengetahuan.
Jenis narkoba bermacam-macam, diantaranya Heroin, Ganja, Kokain, Shabu-shabu, Ectasy, dan Benzodiazepin. Tidak ada manfaat mengkonsumsi narkoba, selain bahaya narkoba yang dapat mengantarkan kepada kematian.
Sangat disayangkan jika masa remaja, digunakan untuk melakukan perbuatan yang tidak baik. Konsumsi narkoba bukan jalan keluar dari masalah remaja yang sedang dihadapi. Mengalihkan kepada kegiatan positif, lebih baik dibanding mengkonsumsi narkoba. Kita bisa melakukan aktifitas luar sekolah dengan kegiatan olahraga, kegiatan keagamaan, atau membantu orang tua.
Sering dikatakan bahwa masa remaja adalah saat pencarian jati diri. Mencoba hal baru sering dilakukan karena rasa ingin tahu, sehingga kenakalan remaja dinilai wajar, tetapi tidak untuk mengkonsumsi narkoba dan minuman keras.
Bahaya narkoba berpengaruh bagi pertumbuhan fisik, mental, dan kejiwaan. Masalah remaja akan muncul akibat mengkonsumsi narkoba secara terus menerus. Mengkonsumsi narkoba dapat mengganggu kerja saraf otak, akibatnya otak kita tidak akan berfungsi baik. Kenakalan remaja akibat kecanduan narkoba, dapat menyiksa diri sendiri. Konsumsi narkoba juga akan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Dengan keadaan tubuh yang tidak bekerja baik, tidak mungkin kita dapat belajar dan berprestasi di sekolah.
Dampak negatif penggunaan narkoba sangat luas, termasuk bagi lingkungan sekitar. Kenakalan remaja akibat mengkonsumsi narkoba, dapat menjerumuskan pada tindak kriminal. Mencuri, merampok, memperkosa, dan tawuran, dilakukan karena kurang kontrol diri. Untuk bisa memperoleh narkoba, akhirnya menempuh perilaku kejahatan. Akibatnya akan dimusuhi dan dikucilkan banyak orang. Bahaya narkoba sangat besar, untuk itu sebagai remaja harus ekstra hati-hati terhadap narkoba. Karena usia remaja menjadi target utama pengedaran narkoba.
Tips Menjaga Persahabatan
Menjaga persahabatan merupakan hal yang perlu dilakukan terlebih persahabatan dengan teman baik. Seorang teman baik sulit untuk didapat sehingga harus dijaga dan dipertahankan dengan baik. Apalagi jika kita merasa bahwa dia adalah sahabat sejati kita. Sahabat sejati sangat berharga untuk dimiliki karena dia ada di saat kita membutuhkan. Dan hal ini perlu disyukuri karena tidak semua orang memiliki sahabat sejati. Mungkin ada banyak orang yang memiliki banyak teman namun dari semua teman tersebut tidak ada yang namanya sahabat sejati.
Menjaga persahabatan dilakukan dengan konsisten menjalani pertemanan secara baik dan akrab. Menjaga komunikasi dan saling mengobrol satu sama lain menjadi cara untuk semakin mengharmoniskan hubungan pertemanan itu. Menghabiskan banyak waktu bersama sahabat dan bermain bersama merupakan hal yang menyenangkan untuk menjaga persahabatan.
Menjaga persahabatan memerlukan kejujuran. Seorang sahabat sejati memilih jujur walaupun sesuatu itu menyakitkan daripada membohongi sahabatnya. Kejujuran itu mungkin menyakitkan di awalnya namun hal ini lebih baik daripada sang sahabat terlibat lebih lama dalam kebohongan semata. Seorang sahabat sejati akan berusaha melakukan yang terbaik untuk teman baiknya tersebut. Dia akan setia ada untuk menemaninya ketika dibutuhkan.
Jika sedang mengalami suatu masalah remaja, mengajak seorang teman baik untuk berdiskusi adalah hal yang dapat dilakukan sekaligus untuk menjaga persahabatan. Sebagai sahabat, kita harus bersedia memberikan waktu, telinga dan hati untuk mendengarkan curahan hatinya. Cukup menjadi pendengar yang baik atau memberi solusi jika diminta adalah hal yang dapat membuat sahabat kita merasa tenang. Ketika muncul suatu masalah, saat inilah sebuah persahabatan akan diuji.
Seringkali hubungan dengan sahabat terhalang oleh jarak. Semakin beranjak dewasa, mungkin kita semakin jauh dengan sahabat kecil itu entah karena beda sekolah atau beda tempat kerja. Meskipun terhalang oleh jarak dan waktu, persahabatan dapat tetap terpelihara asalkan senantiasa melakukan kontak secara rutin. Bagaimanapun seseorang yang pernah menjadi sahabat telah mengetahui salah satu sisi kehidupan kita yang mana tidak akan bisa terhapuskan. Oleh sebab itu, jagalah persahabatan senantiasa karena dia telah mengenal kita dan telah menjadi salah satu pengalaman yang menyenangkan.
Bagaimana Cara Memilih Teman?
Menjaga pergaulan adalah hal yang penting bahkan pergaulan akan menentukan masa depan dan sikap kita. Oleh sebab itu sangat penting untuk memilih teman yang tepat dan positif. Saat ini jangan hanya memilih teman abg gaul saja hanya untuk dicap sebagai remaja yang gaul dan keren. Hal yang lebih penting adalah memilih teman yang bisa membuat kita mampu mengembangkan diri secara positif. Namun perlu diingat bahwa memilih teman pun harus dengan niat yang baik. Bukan hanya mengambil keuntungan dari kelebihan teman tersebut saja. Pertemanan yang dijaga hingga menjadi persahabatan sangatlah berharga untuk dipertahankan. Lebih baik memiliki seorang teman yang setia daripada sepuluh teman yang hanya basa-basi saja.
Dalam memilih teman, pilihlah teman yang bersih dalam arti tidak terkenal membuat onar atau mengacaukan suasana. Hindari teman yang sering dimarahi oleh guru atau sering dipanggil pihak sekolah. Hindari pula teman yang sombong dan suka pamer secara terbuka. Pilihlah teman yang tidak merokok dan tidak minum minuman keras. Pergaulan dengan rokok dan minuman keras rawan terhadap kenakalan remaja.
Dalam memilih teman, penting untuk memperhatikan dengan siapa dia bergaul. Jika dia bergaul dengan teman-teman yang terlihat baik maka hal ini positif. Jangan memilih teman berdasarkan status. Lebih penting melihat pada kepribadian dan ketulusannya. Teman yang tulus akan sangat berharga dibandingkan dengan teman yang kaya tapi licik.
Menjaga pergaulan dengan teman yang lebih pandai, lebih aktif dalam bersosialisasi juga akan membawa dampak yang positif. Kita bisa ketularan sisi positif dari mereka. Pergaulan dengan teman yang pandai akan membantu kita untuk belajar bersama dan meningkatkan prestasi. Jangan pernah merasa rendah diri selama tujuan kita berteman adalah dengan niat yang baik.
Selain itu, memilih teman yang kebetulan memiliki hobi yang sama dapat menjadi nilai lebih. Misalnya teman bermain bola, teman membuat robot, teman bermain musik dan sebagainya. Dengan demikian, kamu bisa mengembangkan bakat dan berada pada lingkungan yang mendukung. Dalam pertemanan yang semakin lama, kamu akan semakin mengenalnya dan jika dia memang memberikan pengaruh yang baik maka kamu patut untuk mempertahankannya.
Pergaulan Remaja Masa Kini
Banyak yang bilang bila pergaulan remaja saat ini sudah sangat jauh berubah dibanding pada masa-masa sepuluh tahun silam. Remaja sekarang lebih mampu berekspresi pada emosi dan mengungkapkan perasaan tanpa sembunyi-sembunyi dan malu seperti dulu. Sudah lumrah saat ini kita melihat remaja mengungkapkan kemarahan, sedih dan kegembiraanya dengan kata-kata yang terucap secara langsung, Teman Baiktanpa basa-basi seperti halnya remaja pada zaman dahulu. Dengan santai mereka bisa mengungkapkan ketidak sukaanya pada ayah atau pun ibunya.
Merangkul dan mencium mesra ibu mereka tercinta. Perilaku ini pun diterapkan pada pergaulan mereka sehari-hari. Dengan biasa mereka mengexpresikan perasaan cinta dan sayang pada pacar mereka di tempat-tempat umum. Sudah umum dilihat saat ini bila di mall-mall para remaja biasa bergandengan tangan, berpelukan bahkan berciuman. Buat para orang tua, perilaku seperti ini sangat mengejutkan dan membuat mereka merasa kuatir. Namun, seringkali para orang tua lupa, bahwa saat mereka remaja, perilaku mereka pun sering membuat kecut hati para orang tua mereka sendiri! apabila orang tua terlalu keras akibat perasaan kuatir yang mereka miliki, maka remaja akan cenderung memberontak dan bersikap jauh lebih keras dan pertikaian antara orang tua dan anak pun tidak dapat lagi dihindari.
Remaja bergaul memang adalah sebuah kebutuhan. Sama halnya dengan dahaga yang ingin terpuaskan. Mereka ingin mengenal banyak orang dari berbagai lingkungan. Ini sebetulnya tidak terlepas dari proses pencarian jati diri semata. Dengan membebaskan perasaan dan isi hati, mereka juga mengharapkan kebebasan dan ketenangan jiwa. Bila dikekang, mereka nampak begitu sedih dan terkekang. Tapi bila pergaulan terlalu dibebaskan, juga sangat mengkuatirkan. Yang penting berkomunikasi dan terarah. Bilamana sang remaja masih mampu berkomunikasi dengan keluarga dan orang tua, maka bimbingan untuk pergaulan pun dapat tersampaikan. Informasi tentang apa yang sebaiknya mereka lakukan dengan teman-teman dan apa efek dari apa yang mere lalukan dan perbuat juga perlu dikomunikasikan.
Merangkul dan mencium mesra ibu mereka tercinta. Perilaku ini pun diterapkan pada pergaulan mereka sehari-hari. Dengan biasa mereka mengexpresikan perasaan cinta dan sayang pada pacar mereka di tempat-tempat umum. Sudah umum dilihat saat ini bila di mall-mall para remaja biasa bergandengan tangan, berpelukan bahkan berciuman. Buat para orang tua, perilaku seperti ini sangat mengejutkan dan membuat mereka merasa kuatir. Namun, seringkali para orang tua lupa, bahwa saat mereka remaja, perilaku mereka pun sering membuat kecut hati para orang tua mereka sendiri! apabila orang tua terlalu keras akibat perasaan kuatir yang mereka miliki, maka remaja akan cenderung memberontak dan bersikap jauh lebih keras dan pertikaian antara orang tua dan anak pun tidak dapat lagi dihindari.
Remaja bergaul memang adalah sebuah kebutuhan. Sama halnya dengan dahaga yang ingin terpuaskan. Mereka ingin mengenal banyak orang dari berbagai lingkungan. Ini sebetulnya tidak terlepas dari proses pencarian jati diri semata. Dengan membebaskan perasaan dan isi hati, mereka juga mengharapkan kebebasan dan ketenangan jiwa. Bila dikekang, mereka nampak begitu sedih dan terkekang. Tapi bila pergaulan terlalu dibebaskan, juga sangat mengkuatirkan. Yang penting berkomunikasi dan terarah. Bilamana sang remaja masih mampu berkomunikasi dengan keluarga dan orang tua, maka bimbingan untuk pergaulan pun dapat tersampaikan. Informasi tentang apa yang sebaiknya mereka lakukan dengan teman-teman dan apa efek dari apa yang mere lalukan dan perbuat juga perlu dikomunikasikan.
Etika Pergaulan Remaja Dalam Etika Islam
Berbicara tentang remaja selalu mendapat tanggapan yang beraneka ragam. Sayangnya, sekarang ini kesan yang ada dalam benak masyarakat justru cenderung kebanyakan negatif. dimulai dari perkelahian antar pelajar, pornografi, kebut-kebutan, tindakan kriminal seperti pencurian dan perampasan barang orang lain, pengedaran dan pesta obat-obat terlarang, bahkan yang sekarang lagi heboh adalah dampak pergaulan bebas yang semakin mengkhawatirkan.
Apalagi sekarang terpaan media informasi di abad millennium ini semakin merambah dengan cepat. di daerah yang tidak diduga sekalipun bahkan terpencil ada saja tempat untuk pemutaran film-film porno. Rental VCD bertebaran di setiap tempat, belum lagi media cetak yang demikian bebas mengumbar informasi sensual dan kemesuman
Satu masalah yang perlu mendapat perhatian serius adalah bebasnya hubungan antar jenis diantara pemuda yang nantinya menjadi tonggak pembaharuan. Islam sangat memperhatikan masalah ini dan banyak memberikan rambu-rambu untuk bisa berhati-hati dalam melewati masa muda. Suatu masa yang akan ditanya Allah di hari kiamat diantara empat masa kehidupan di dunia ini.
Islam telah mengatur etika pergaulan remaja. Perilaku tersebut merupakan batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu perilaku tersebut harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh para remaja. Perilaku yang menjadi batasan dalam pergaulan adalah :
Apalagi sekarang terpaan media informasi di abad millennium ini semakin merambah dengan cepat. di daerah yang tidak diduga sekalipun bahkan terpencil ada saja tempat untuk pemutaran film-film porno. Rental VCD bertebaran di setiap tempat, belum lagi media cetak yang demikian bebas mengumbar informasi sensual dan kemesuman
Satu masalah yang perlu mendapat perhatian serius adalah bebasnya hubungan antar jenis diantara pemuda yang nantinya menjadi tonggak pembaharuan. Islam sangat memperhatikan masalah ini dan banyak memberikan rambu-rambu untuk bisa berhati-hati dalam melewati masa muda. Suatu masa yang akan ditanya Allah di hari kiamat diantara empat masa kehidupan di dunia ini.
Islam telah mengatur etika pergaulan remaja. Perilaku tersebut merupakan batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu perilaku tersebut harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh para remaja. Perilaku yang menjadi batasan dalam pergaulan adalah :
1. Menutup Aurat
Islam telah mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk menutup aurot demi menjaga kehormatan diri dan kebersihan hati. Aurot merupakan anggota tubuh yang harus ditutupi dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang yang bukan mahramnya terutama kepada lawan jenis agar tidak boleh kepada jenis agar tidak membangkitkan nafsu birahi serta menimbulkan fitnah.
Aurat laki-laki yaitu anggota tubuh antara pusar dan lutut sedangkan aurat bagi wanita yaitu seluruh anggota tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan.
di samping aurat, Pakaian yang di kenakan tidak boleh ketat sehingga memperhatikan lekuk anggota tubuh, dan juga tidak boleh transparan atau tipis sehingga tembus pandang.
2. Menjauhi perbuatan zina
Pergaulan antara laki-laki dengan perempuan di perbolehkan sampai pada batas tidak membuka peluang terjadinya perbuatan dosa. Islam adalah agama yang menjaga kesucian, pergaulan di dalam islam adalah pergaulan yang dilandasi oleh nilai-nilai kesucian. Dalam pergaulan dengan lawan jenis harus dijaga jarak sehingga tidak ada kesempatan terjadinya kejahatan seksual yang pada gilirannya akan merusak bagi pelaku maupun bagi masyarakat umum. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam Surat Al-Isra’ ayat 32:
“Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”
Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar terhindar dari perbuatan zina, islam telah membuat batasan-batasan sebagai berikut :
- Laki-laki tidak boleh berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Jika laki-laki dan perempuan di tempat sepi maka yang ketiga adalah syetan, mula-mula saling berpandangan, lalu berpegangan, dan akhirnya menjurus pada perzinaan, itu semua adalah bujuk rayu syetan.
- Laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan secara fisik. Saling bersentuhan yang dilarang dalam islam adalah sentuhan yang disengaja dan disertai nafsu birahi. Tetapi bersentuhan yang tidak disengaja tanpa disertai nafsu birahi tidaklah dilarang.
Tata Cara Pergaulan Remaja
Semua agama dan tradisi telah mengatur tata cara pergaulan remaja. Ajaran islam sebagai pedoman hidup umatnya, juga telah mengatur tata cara pergaulan remaja yang dilandasi nilai-nilai agama. Tata cara itu meliputi :
a. Mengucapkan Salam
Ucapan salam ketika bertemu dengan teman atau orang lain sesama muslim, ucapan salam adalah do’a. Berarti dengan ucapan salam kita telah mendoakan teman tersebut.
b. Meminta Izin
Meminta izin di sini dalam artian kita tidak boleh meremehkan hak-hak atau milik teman apabila kita hendak menggunakan barang milik teman maka kita harus meminta izin terlebih dahulu
c. Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
Remaja sebagai orang yang lebih muda sebaiknya menghormati yang lebih tua dan mengambil pelajaran dari hidup mereka. Selain itu, remaja juga harus menyayangi kepada adik yang lebih muda darinya, dan yang paling penting adalah memberikan tuntunan dan bimbingan kepada mereka ke jalan yang benar dan penuh kasih sayang.
d. Bersikap santun dan tidak sombong
Dalam bergaul, penekanan perilaku yang baik sangat ditekankan agar teman bisa merasa nyaman berteman dengan kita. Kemudian sikap dasar remaja yang biasanya ingin terlihat lebih dari temannya sungguh tidak diterapkan dalam islam bahkan sombong merupakan sifat tercela yang dibenci Allah.
e. Berbicara dengan perkataan yang sopan
Islam mengajarkan bahwa bila kita berkata, utamakanlah perkataan yang bermanfaat, dengan suara yang lembut, dengan gaya yang wajar .
f. Tidak boleh saling menghina
Menghina / mengumpat hukumnya dilarang dalam islam sehingga dalam pergaulan sebaiknya hindari saling menghina di antara teman.
g. Tak boleh saling membenci dan iri hati
Rasa iri akan berdampak dapat berkembang menjadi kebencian yang pada akhirnya mengakibatkan putusnya hubungan baik di antara teman. Iri hati merupakan penyakit hati yang membuat hati kita dapat merasakan ketenangan serta merupakan sifat tercela baik di hadapan Allah dan manusia.
h. Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat
Masa remaja sebaiknya dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat remaja harus membagi waktunya efisien mungkin, dengan cara membagi waktu menjadi 3 bagian yaitu : sepertiga untuk beribadah kepada Allah, sepertiga untuk dirinya dan sepertiga lagi untuk orang lain.
i. Mengajak untuk berbuat kebaikan
Orang yang memberi petunjuk kepada teman ke jalan yang benar akan mendapatkan pahala seperti teman yang melakukan kebaikan itu, dan ajakan untuk berbuat kebajikan merupakan suatu bentuk kasih sayang terhadap teman.
Pergaulan Remaja yang Islami
Betapa indahnya remaja-remaja muslim dan muslimah yang bergaul dalam batasan-batasan hukum Allah S.W.T. remaja yang hanya tujuan hidupnya hanya beribadah kepada Allah dengan mengikuti Rasulullah S.A.W.Remaja muslim dan muslimah ialah yang selalu menjauhkan dirinya dari apa-apa yang Allah dan Rasulnya larang, dan melaksanakan apa-apa yang Allah dan Rasulnya perintahkan, seperti:
Menundukan Pandangan
Menundukan pandangan disini memiliki dua arti, yang pertama pandangan lahir, yaitu melihat dan menikmati bagian-bagian tubuh yang menarik dan menggairahkan nafsu birahi, kedua pandangan bathin yaitu, syahwat yang timbul dalam hati untuk mengadakan hubungan seksual atau perbuatan lain yang melanggar kesusilaan setelah melihat bentuk lahir dari lawan jenis yang berlawanan.
Firman Allah S.W.T :“ Katakanlah kepada orang-orang yang beriman laki-laki agar mereka menundukan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah sangat mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman hendaklah mereka menundukan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya” (An-Nuur : 30-31)
Diantara manfa’at menjaga pandangan mata adalah:
- Akan merasakan manisnya iman
- Dapat jaminan dari Allah bahwa ia tidak akan melihat api neraka.
Bersentuhan Kulit
Islam tidak membolehkan laki-laki bersentuhan kulit kecuali dengan muhrimnya.
Rasul bersabda :“Tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan perempuan di dalam bai’at Rasulullah dengan mereka adalah berupa ucapan “(H.R. Bukhari)
“Sesungguhnya salah seorang diantara kamu di tikam dari kepalanya dengan jarum dari besi adalah lebih baik dari pada menyentuh wanita yang bukan muhrimnya”.(H.R. Thabrani)
Berduaan dengan yang bukan muhrim
Sabda Rasulullah :“Janganlah seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang tidak halal baginya kecuali mahromnya, karena yang ketiganya adalah setan”(H.R. Ahmad)
Islam sungguh arif dalam mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan janganlah berzina mendekatinya pun divonis haram, hal itu untuk menjaga kemuliannya.
Firman Allah S.W.T:“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk” (Al-Isra’: 32)
Larangan Ikhtilat
Ikhtilat yaitu campur baurnya antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya baik dalam pertemuan resmi atau sekedar ngobrol bareng. Islam menghendaki agar pergaulan antar lawan jenis tidak berbaur. Kalaupun terjadi dalam kondisi yang sangat terpaksa hendaknya ada hijab (penghalang) sebagai pelindung wanita dari pandangan laki-laki.
Firman Allah S.W.T:“Apabila kamu meminta sesuatu keperluan kepada mereka (istri-istri Nabi) maka mintalah dari belakang tabir” (Al-Ahzab:53)
Islam mengajarkan kepada kita bahwa hidup dan bergaul di tengah masyarakat itu bernilai ibadah. Oleh sebab itu yang dimaksud dengan pergaulan remaja yang islami itu ialah yang di dalam bergaulnya itu melahirkan keimanan dan amal sholeh dan menggunakan etika-etika bergaul yang islami.
Menundukan Pandangan
Menundukan pandangan disini memiliki dua arti, yang pertama pandangan lahir, yaitu melihat dan menikmati bagian-bagian tubuh yang menarik dan menggairahkan nafsu birahi, kedua pandangan bathin yaitu, syahwat yang timbul dalam hati untuk mengadakan hubungan seksual atau perbuatan lain yang melanggar kesusilaan setelah melihat bentuk lahir dari lawan jenis yang berlawanan.
Firman Allah S.W.T :“ Katakanlah kepada orang-orang yang beriman laki-laki agar mereka menundukan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah sangat mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman hendaklah mereka menundukan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya” (An-Nuur : 30-31)
Diantara manfa’at menjaga pandangan mata adalah:
- Akan merasakan manisnya iman
- Dapat jaminan dari Allah bahwa ia tidak akan melihat api neraka.
Bersentuhan Kulit
Islam tidak membolehkan laki-laki bersentuhan kulit kecuali dengan muhrimnya.
Rasul bersabda :“Tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan perempuan di dalam bai’at Rasulullah dengan mereka adalah berupa ucapan “(H.R. Bukhari)
“Sesungguhnya salah seorang diantara kamu di tikam dari kepalanya dengan jarum dari besi adalah lebih baik dari pada menyentuh wanita yang bukan muhrimnya”.(H.R. Thabrani)
Berduaan dengan yang bukan muhrim
Sabda Rasulullah :“Janganlah seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang tidak halal baginya kecuali mahromnya, karena yang ketiganya adalah setan”(H.R. Ahmad)
Islam sungguh arif dalam mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan janganlah berzina mendekatinya pun divonis haram, hal itu untuk menjaga kemuliannya.
Firman Allah S.W.T:“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk” (Al-Isra’: 32)
Larangan Ikhtilat
Ikhtilat yaitu campur baurnya antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya baik dalam pertemuan resmi atau sekedar ngobrol bareng. Islam menghendaki agar pergaulan antar lawan jenis tidak berbaur. Kalaupun terjadi dalam kondisi yang sangat terpaksa hendaknya ada hijab (penghalang) sebagai pelindung wanita dari pandangan laki-laki.
Firman Allah S.W.T:“Apabila kamu meminta sesuatu keperluan kepada mereka (istri-istri Nabi) maka mintalah dari belakang tabir” (Al-Ahzab:53)
Islam mengajarkan kepada kita bahwa hidup dan bergaul di tengah masyarakat itu bernilai ibadah. Oleh sebab itu yang dimaksud dengan pergaulan remaja yang islami itu ialah yang di dalam bergaulnya itu melahirkan keimanan dan amal sholeh dan menggunakan etika-etika bergaul yang islami.
Pergaulan remaja masa kini
Sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa lepas dari yang namanya orang lain. Begitu pula dengan remaja. Ia memerlukan interaksi dengan orang lain untuk mencapai kedewasaannya. Yang perlu dicermati adalah bagaimana seorang remaja itu bergaul, dengan siapa, dan apa saja dampak pergaulannya itu bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya.
Untuk itu kita lihat terlebih dahulu pengertian pergaulan. Pergaulan berasal dari kata gaul. Pergaulan itu sendiri maksudnya kehidupan sehari-hari dalam persahabatan ataupun masyarakat. Namun tidak demikian dikalangan kebanyakan remaja saat ini. Gaul menurut dimensi remaja-remaja yang katanya modern itu adalah ikut dalam trend, mode, dan hal lain yang behubungan dengan keglamoran hidup. Harus masuk kedalam geng-geng, sering nongol dan konkow-konkow diberbagai tempat seperti mall, tempat wisata, game center dan lain-lain. Yang mana pada akhirnya, gaul dimensi remaja akan menimbulkan budaya konsumtif.
Yang patut disayangkan pula dari “gaul” kebanyakan remaja saat ini adalah standar nilainya diambil dari tradisi budaya ataupun cara hidup masyarakat nonmuslim. Cotoh, baju yang dipakai itu modelnya harus sesuai dengan mode-mode yang berkembang di dunia internasional saat ini. Dan bisa kita lihat pakaian-pakaian tersebut jarang sekali ada yang cocok dengan kriteria pakaian yang pantas secara islam.
Solidaritas dan kesetiakawanan sering dijadikan landasan untuk terjun kedunia hura-hura. Dengan “setia kawan” itu pula kebanyakan remaja mulai merokok, minum minuman keras, mengonsumsi narkoba, dan bahkan sex bebas. Kalau tidak ikut kegiatan-kegiatan geng ataupun teman nongkrong bisa dianggap tidak “setia kawan”. Paradigma seperti itulah yang menggerayangi pikiran sebagian remaja masa kini. Sebenarnya dengan tindakan itu mereka telah merusak kemurnian makna dari solidaritas dan kesetiakawanan itu sndiri.
Jika ditinjau lebih dalam “gaul” tidak akan menimbulkan banyak dampak negatif jika standar nilai yang dipakai untuk mendefinisikan gaul itu, standar nilai yang sesuai dengan syariat islam dan juga budaya timur yang penuh dengan tata karma dan kesopanan. Hanya saja, merubah sesuatu yang sudah mendarah daging disebagian remaja saat ini tidaklah mudah. Semua itu memerlukan sinergi dari semua pihak, baik orang tua, keluarga, pemuka masyarakat, pemerintah, dan yang tak kalah pentingnya adalah peran kita sendiri sebagai remaja yang akan menjalani kehidupan dalam bingkai kata “gaul” itu sendiri.
Untuk itu kita lihat terlebih dahulu pengertian pergaulan. Pergaulan berasal dari kata gaul. Pergaulan itu sendiri maksudnya kehidupan sehari-hari dalam persahabatan ataupun masyarakat. Namun tidak demikian dikalangan kebanyakan remaja saat ini. Gaul menurut dimensi remaja-remaja yang katanya modern itu adalah ikut dalam trend, mode, dan hal lain yang behubungan dengan keglamoran hidup. Harus masuk kedalam geng-geng, sering nongol dan konkow-konkow diberbagai tempat seperti mall, tempat wisata, game center dan lain-lain. Yang mana pada akhirnya, gaul dimensi remaja akan menimbulkan budaya konsumtif.
Yang patut disayangkan pula dari “gaul” kebanyakan remaja saat ini adalah standar nilainya diambil dari tradisi budaya ataupun cara hidup masyarakat nonmuslim. Cotoh, baju yang dipakai itu modelnya harus sesuai dengan mode-mode yang berkembang di dunia internasional saat ini. Dan bisa kita lihat pakaian-pakaian tersebut jarang sekali ada yang cocok dengan kriteria pakaian yang pantas secara islam.
Solidaritas dan kesetiakawanan sering dijadikan landasan untuk terjun kedunia hura-hura. Dengan “setia kawan” itu pula kebanyakan remaja mulai merokok, minum minuman keras, mengonsumsi narkoba, dan bahkan sex bebas. Kalau tidak ikut kegiatan-kegiatan geng ataupun teman nongkrong bisa dianggap tidak “setia kawan”. Paradigma seperti itulah yang menggerayangi pikiran sebagian remaja masa kini. Sebenarnya dengan tindakan itu mereka telah merusak kemurnian makna dari solidaritas dan kesetiakawanan itu sndiri.
Jika ditinjau lebih dalam “gaul” tidak akan menimbulkan banyak dampak negatif jika standar nilai yang dipakai untuk mendefinisikan gaul itu, standar nilai yang sesuai dengan syariat islam dan juga budaya timur yang penuh dengan tata karma dan kesopanan. Hanya saja, merubah sesuatu yang sudah mendarah daging disebagian remaja saat ini tidaklah mudah. Semua itu memerlukan sinergi dari semua pihak, baik orang tua, keluarga, pemuka masyarakat, pemerintah, dan yang tak kalah pentingnya adalah peran kita sendiri sebagai remaja yang akan menjalani kehidupan dalam bingkai kata “gaul” itu sendiri.
Membatasi Pergaulan Apakah Selamanya Baik?
Banyak sekali perilaku orang tua yang membatasi pergaulan anaknya karena kurangnya rasa percaya orang tua terhadap anaknya dalam hal memilih teman sepergaulan dan takut bila anaknya terjerumus dalam pergaulan bebas, terutama saat usia anak itu menginjak masa-masa remaja. Namun, pembatasan pergaulan ini hendaknya dilakukan dengan melihat serta mempelajari pergaulan yang dilakukan anak terlebih dahulu.
Jangan sampai dalam melakukan pembatasan pergaulan akan mengakibatkan hal buruk terhadap perkembangan anak, misalnya kurang pergaulan. Jika pembatasan pergaulan ini memang perlu dilakukan, maka tetaplah memberi keadilan kepada sang anak dengan memperbolehkan bergaul dan mengenal lingkungan yang ada di sekitarnya.
Pembatasan pergaulan ini akan memberikan akibat yang baik apabila seorang anak itu memang berada dalam lingkungan yang tidak baik, misalnya temannya banyak yang merokok, suka minum-minuman keras atau kenakalan remaja lainnya. Namun adakalanya pembatasan pergaulan seperti ini akan berakibat buruk bagi perkembangan psikologi anak. Apa yang diketahuinya sangat terbatas. Pengetahuan mereka hanya terbatas tentang hal-hal yang ada dalam lingkungan hidupnya yang terbatas itu. Jika Anda tetap melakukan pembatasan terhadap pergaulan anak, maka lengkapilah kebutuhan anak dengan fasilitas yang memungkinkan anak Anda untuk bisa mengakses dan menimba ilmu yang ada di dunia luar meskipun dia berada dalam pengawasan Anda.
Penggunaan metode pembatasan pergaulan ini juga harus dikondisikan dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh anak. Jangan sampai anak yang dibatasi pergaulannya menjadi anak yang kurang pergaulan, serta tidak tahu tentang perkembangan teknologi yang begitu cepat. Meskipun anak yang dibatasi pergaulannya memang terhindar dari ancaman pergaulan bebas, tetapi ada dampak lain yang ditimbulkan dari pembatasan pergaulan pada anak remaja, misalnya anak akan bersikap tertutup bila berhadapan dengan orang banyak serta akan mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan hal yang dipikirkan kepada khalayak umum.
Pembatasan pergaulan boleh saja dilakukan, namun jangan terlalu berlebihan. Pelajari terlebih dahulu cara anak bergaul dan lingkungan pergaulannya, dari situ Anda bisa melakukan pembatasan pergaulan anak agar terhindar dari kenakalan remaja dan pergaulan bebas serta anak yang dibatasi pergaulannya itu tidak kurang pergaulan serta tetap terjaga hubungan sosialnya.
Pencarian Terpopuler:
remaja dan pergaulannya, anak remaja, PERGAULAN BAIK, PERGAULAN REMAJA YANG BAIK, bagaimana cara membatasi pergaulan remaja khususnya dalam hal pacaran, pergaulan remaja yang postif, Akibat dari anak kurang pergaulan, pembatasan pergaulan, pergaulan remajapositif negatif, psikologi anak remaja yang sehat.
Jangan sampai dalam melakukan pembatasan pergaulan akan mengakibatkan hal buruk terhadap perkembangan anak, misalnya kurang pergaulan. Jika pembatasan pergaulan ini memang perlu dilakukan, maka tetaplah memberi keadilan kepada sang anak dengan memperbolehkan bergaul dan mengenal lingkungan yang ada di sekitarnya.
Pembatasan pergaulan ini akan memberikan akibat yang baik apabila seorang anak itu memang berada dalam lingkungan yang tidak baik, misalnya temannya banyak yang merokok, suka minum-minuman keras atau kenakalan remaja lainnya. Namun adakalanya pembatasan pergaulan seperti ini akan berakibat buruk bagi perkembangan psikologi anak. Apa yang diketahuinya sangat terbatas. Pengetahuan mereka hanya terbatas tentang hal-hal yang ada dalam lingkungan hidupnya yang terbatas itu. Jika Anda tetap melakukan pembatasan terhadap pergaulan anak, maka lengkapilah kebutuhan anak dengan fasilitas yang memungkinkan anak Anda untuk bisa mengakses dan menimba ilmu yang ada di dunia luar meskipun dia berada dalam pengawasan Anda.
Penggunaan metode pembatasan pergaulan ini juga harus dikondisikan dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh anak. Jangan sampai anak yang dibatasi pergaulannya menjadi anak yang kurang pergaulan, serta tidak tahu tentang perkembangan teknologi yang begitu cepat. Meskipun anak yang dibatasi pergaulannya memang terhindar dari ancaman pergaulan bebas, tetapi ada dampak lain yang ditimbulkan dari pembatasan pergaulan pada anak remaja, misalnya anak akan bersikap tertutup bila berhadapan dengan orang banyak serta akan mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan hal yang dipikirkan kepada khalayak umum.
Pembatasan pergaulan boleh saja dilakukan, namun jangan terlalu berlebihan. Pelajari terlebih dahulu cara anak bergaul dan lingkungan pergaulannya, dari situ Anda bisa melakukan pembatasan pergaulan anak agar terhindar dari kenakalan remaja dan pergaulan bebas serta anak yang dibatasi pergaulannya itu tidak kurang pergaulan serta tetap terjaga hubungan sosialnya.
Pencarian Terpopuler:
remaja dan pergaulannya, anak remaja, PERGAULAN BAIK, PERGAULAN REMAJA YANG BAIK, bagaimana cara membatasi pergaulan remaja khususnya dalam hal pacaran, pergaulan remaja yang postif, Akibat dari anak kurang pergaulan, pembatasan pergaulan, pergaulan remajapositif negatif, psikologi anak remaja yang sehat.
Penyuluhan tentang Narkoba dan Pergaulan Remaja
Para peserta penyuluhan dari SMKN 1 Kuala Kapuas kelas X. |
Pergaulan Remaja (Story & Warning)
PELAYAN MASYARAKAT - Setiap orang terlebih remajanya memang mesti gaul. Sebab kita adalah “Mahluk Gaul”. Dalam istilah sosiologi, Aristoteles menyebutkan Zoon Politicon. Meskipun secara bahasa, kamu-kamu juga pasti ada yang tahu kalau Zoon Politican itu sebetulnya lebih tepat diartikan sebagai “Hewan Gaul” dari pada “Mahluk Gaul”.Apa pun istilahnya, yang penting kita jangan seperti hewan dalam bergaul. Iya kan? Sebab, menurut Plato manusia memiliki Jiwa Rohaniah yang tidak dimiliki hewan (Gerungan, 1996 : 5). Jiwa rohaniah berfungsi untuk menemukan nilai-nilai kebenaran dalam kehidupan ini.
HATI – HATI BERGAUL
Intinya, kita kudu hati-hati dalam bergaul. Tidak setiap gaul itu baik. Jangan lantaran takut disebut kuper atau nggak gaul, kita lalu kebablasan. Sebab, ada saja yang terjerumus ke hal-hal negatif bahkan menyesatkan gara-gara salah gaul. Entah karena faktor ikut-ikutan (imitasi), kena pengaruh (sugesti), keliru mengidentifikasi, atau karena faktor lainnya.
Oleh karena itu, ungkap L.Kohlberg, alasan moral (moral reasoning) harus senantiasa melandasi setiap sikap dan perilaku. Lewat penalaran moral, termasuk di dalamnya pertimbangan nilai-nilai agama, seseorang akan berpikir positif untuk menentukan pilihan yang terbaik.
Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam suatu pergaulan, maka secara garis besar ada gaul yang islami, ada juga gaul yang tidak islami. Gaul yang tidak islami itu bisa berbau jahiliah, musyrik, ateis, dan bau-bau, lainnya emangnya enak jadi orang bau, iya nggak!
NGETREN
Tren, atau ngetrenD telah menjadi bagian dari gaul yang sarat imitasi, terutama peniruan nilai-nilai budaya barat. Mengikuti tren tertentu dianggap gengsi, sehingga tren jadi ukuran dalam bergaul, berikut segala perilaku dan penampilan yang menyertainya. Mulai dari gaya berbusana (fesyen), gaya bersenang-senang (fun), hngga perilaku makan-minum (food). Untuk mudahnya, sebut saja “Tiga F”.
Repotnya, karena dicekoki tren, seringkali membuat orang lepas dari etika, moral, bahkan lepas dari nilai-nilai agama. Tren dalam fesyen, misalnya, kalau nggak ketat, ya transparan atau buka-bukaan mengekspose aurat (terutama aurat perempuan), padahal memperlihatkan aurat dalam agama kita dianggap sudah ketinggalan zaman karena yang begitu itu adalah “Gaya Hidup Primitif”, tradisi bina plus….tang. Jelas kan, mana yang sejatinya kuno mana yang modern.
Ada pula tren cowok meniru busana cewek, cewek meniru busana laki-laki. Katanya, Unisek. Ini jelas-jelas keblinger.
Kita beralih ke soal fun. Paling banyak ditandai pacaran, pergi ke (atau mangkal di) tempat-tempat hiburan. Pacaran sekarang cenderung mengarah pada zina (ngeseks), sedangkan di tempat-tempat hiburan sering kali terjadi ngedrink, ngedrug, dan ngegambling. Jadi sudah sangat jelas penyimpangannya dari moral atau nilai-nilai agama.
Seks Bebas Remaja Indonesia Merajalela
Orangtua mana yang tak bergidik mengetahui data tentang perilaku seks bebas remaja Indonesia masa kini dibawah ini. Seks bebas sungguh telah menjadi hal biasa! Bagaimana cara menangkalnya? Penelitian di pelbagai negara menemukan bahwa anak remaja akan terhindar dari keterlibatan dengan seks bebas, jika mereka dapat membicarakan masalah seks dengan orang tuan. Artinya, orang tua harus menjadi pendidik seksualitas bagi anak-anaknya! Telah siapkah kita, para orangtua menjadi pendidik seksualitas bagi anak-anak kita? Bagaimana meluweskan lidah kita agar tak kelu ketika harus bicara saru dengan anak-anak kita?Temukan jawabnya dalam acara workhsop Salamaa 1-3 Juni 2007.
Dan untuk mengetahui data lebih lengkap tentang perilaku seks bebas remaja masa kini, silahkan simak artikel di bawah ini.
Pergaulan Bebas
Asro Kamal Rokan
KH Abdul Rasyid Abdullah Safii terlihat resah sekali. Pemimpin Yayasan Perguruan Islam As-Syafi’iyah ini memberikan beberapa lembar kliping koran. ”Tolong baca ini. Saya tidak tahu apa yang terjadi pada bangsa ini,” katanya singkat. Kiai Rasyid tak banyak bicara, namun raut wajahnya memperlihatkan betapa ia risau betul atas pemberitaan media massa itu.
Fotokopi kliping berbagai media itu, ketika saya baca, memang sangat merisaukan. Media Indonesia (6/1) mengutip Kantor Berita Antara menulis, ”85 Persen Remaja 15 Tahun Berhubungan Seks”. Warta Kota (11/2) memberi judul, ”Separo Siswa Cianjur Ngesek”. Kemudian, Harian Republika terbitan 1 Maret 2007 menulis, ”Penyakit Menular Seksual Ancam Siapa Pun”. Dalam berita itu ditulis pula, ”Hampir 50 persen remaja perempuan Indonesia melakukan hubungan seks di luar nikah.”
Berita di Republika mengutip hasil survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Survei dilakukan pada 2003 di lima kota, di antaranya Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta. Hasil survei PKBI, yang juga dikutip Media Indonesia, menyatakan pula bahwa sebanyak 85 persen remaja berusia 13-15 tahun mengaku telah berhubungan seks dengan pacar mereka. Penelitian pada 2005 itu dilakukan terhadap2.488 responden di Tasikmalaya, Cirebon, Singkawang, Palembang, dan Kupang.
Ironisnya, menurut Direktur Eksekutif PKBI, Inne Silviane, hubungan seks itu dilakukan di rumah sendiri –rumah tempat mereka berlindung. Sebanyak 50 persen dari remaja itu mengaku menonton media pornografi, di antaranya VCD. Dari penelitian itu pula diketahui, 52 persen yang memahami bagaimana kehamilan bisa terjadi.
Penelitian lain dilakukan Annisa Foundation, seperti dikutip Warta Kota. Diberitakan, 42,3 persen pelajar SMP dan SMA di Cianjur telah melakukan hubungan seksual. Menurut pengakuan mereka, hubungan seks itu dilakukan suka sama suka, dan bahkan ada yang berganti-ganti pasangan. Penelitian ini dilakukan Annisa Foundation (AF) pada Juli-Desember 2006 terhadap 412 responden, yang berasal dari 13 SMP dan SMA negeri serta swasta.
Laila Sukmadewi, Direktur Eksekutif AF, mengatakan hubungan seks di luar nikah itu umumnya dilakukan responden karena suka sama suka. Hanya sekitar 9 persen dengan alasan ekonomi. ”Jadi, bukan alasan ekonomi. Yang lebih memprihatinkan, sebanyak 90 persen menyatakan paham nilai-nilai agama, dan mereka tahu itu dosa,” ujar Laila. Dijelaskan, sebagian besar mereka menggunakan alat kontrasepsi yang dijual bebas, sebanyak 12 persen menggunakan metode coitus interuptus.
Fakta-fakta itu telah menjelaskan kerisauan KH Rasyid. Ia berujar dalam nada getir, ”Bencana yang terus menimpa bangsa ini dapat diperbaiki, namun bencana akibat rusaknya moral, bagaimana memperbaikinya?” Tidak hanya KH Rasyid, siapa pun yang peduli terhadap bangsa ini, tentu menarik napas dalam-dalam. Betapa pilu, para remaja itu paham pada ajaran agama, paham dosa, dan akibat yang ditimbulkannya. Pasti ada yang salah terhadap bangsa ini.
Tayangan televisi, media-media berbau porno, semakin mendekatkan para remaja itu melakukan hubungan seks di luar nikah. VCD dan DVD porno begitu mudah diperoleh hanya dengan Rp 5.000. Sekali dirazia, setelah itu bebas lagi diperjualbelikan. Sistem pendidikan yang mengejar angka-angka pun memberi andil kerusakan generasi muda itu.
Hasil survei itu semestinya menyadarkan kita, para pendidik, orang tua, ulama, pengelola televisi, media massa, dan tentu juga pemerintah. Angka-angka yang terungkap itu, boleh jadi puncak gunung es. Setelah ini, apakah kita membiarkan bencana moral itu terus berlangsung –yang nauzubillahdapat saja menimpa keluarga kita?
Ya Allah, ini bencana yang nyata dan sangat menakutkan ….
Ketika kamu masih kecil, biasanya orang tua akan membatasi pergaulan kamu dengan memilih teman-teman atau menempatkan kamu dalam kelompok bermain dengan anak-anak tertentu yang mereka kenal dan sukai. Hal ini dilakukan oleh para orang tua, agar kamu mendapatkan teman-teman yang baik dengan latar belakang keluarga yang baik pula.
Sekarang ketika kamu telah beranjak dewasa, kamulah yang berhak menentukan dengan siapakah kamu akan berteman atau bergaul. Meskipun semua keputusan kini ada di tangan kamu, membatasi diri dalam pergaulan tetap harus dilakukan. Hal ini bertujuan agar kamu tidak salah bergaul dan terjerumus dalam pergaulan bebas, drug, ataupun kenakalan remaja lainnya.
Disadari atau tidak, orang-orang yang selama ini dekat dan berteman dengan kamu memiliki peran yang besar dalam kehidupan kamu. Pada saat masih duduk di bangku sekolah, kamu mungkin lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman dibandingkan dengan orang tua dan saudara kamu. Apalagi bagi mereka yang berasal dari keluarga broken home dan kurang kasih sayang, memiliki teman-teman yang senasib ataupun yang selalu ada untuk mereka adalah hal yang paling mereka butuhkan.
Kedekatan ini kadang berdampak buruk, apalagi jika mereka memberikan pengaruh buruk bagi kamu . Baik itu dari cara berpakaian, bersikap ataupun berpikir. Teman yang salah, mungkin dapat merubah kamu dari yang tadinya rajin, penurut dan sopan, berubah menjadi seseorang yang malas, nakal, pemberontak, serta terjerumus ke dalam kenakalan remaja, seperti pergaulan bebas dan mabuk-mabukan, seperti yang banyak terjadi pada remaja saat ini. Oleh karena itu, membatasi pergaulan memang sangat penting dalam menentukan masa depan kamu kelak.
Meskipun begitu, membatasi pergaulan tidaklah selamanya baik. Terlalu pemilih dalam berteman, kadang membuat kamu menjadi “kuper” alias kurang pergaulan. Kurang pergaulan akan membuat kamu tidak berkembang, karena kamu hanya bergaul dengan orang-orang yang itu-itu saja, atau orang-orang yang setipe dengan kamu. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan kamu dalam bersosialisasi dengan orang banyak. Padahal di luar sana, masih banyak orang-orang dengan berbagai kepribadian, kemampuan dan keunikan yang dapat kamu contoh dan manfaatkan untuk meraih kesuksesan dalam hidup ini.
Intinya, membatasi pergaulan itu baik selama kamu tidak menutup diri untuk bergaul dengan orang-orang baru yang kadang tidak sesuai dengan diri kamu. Karena yang paling penting adalah cara bagaimana kamu menyaring pengaruh baik dan buruk yang mereka berikan pada kamu, agar tidak terjerumus dalam kenakalan remaja yang hanya akan merusak masa depan kamu .
A. Pengertian Pergaulan
Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok.
Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak.
B. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anakMenurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)
Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan, karena bila manusia melewati masa remajanya dengan kegagalannya, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidupnya. Dengan demikian, masa remaja menjadi kunci sukses dalam memasuki tahapan kehidupan selanjutnya.
Masa remaja dimulai dari saat sebelum baligh dan berakhir pada usia baligh. Oleh sebagian ahli psikologi, masa remaja berada dalam kisaran usia antara 11-19 tahun. Adapula yang mengatakan antara usia 11-24 tahun. Selain itu, masa remaja merupakan masa transisi (masa peralihan) dari masa anak-anak menuju masa dewasa, yaitu saat manusia tidak mau lagi diperlakukan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat sebagian anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisik, perkembangan psikis (kejiwaan), dan mentalnya belum menjukkan tanda-tanda dewasa. Pada masa ini (masa remaja), manusia banyak mengalami perubahan yang sangat fundamental dalam kehidupan baik perubahan fisik dan psikis (kejiwaan dan mental). (Menurut Abdul, hal : 2, 2009).
C. Pengertian Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship).
Pergaulan juga adalah HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma agama, norma budaya, serta norma bermasyarakat. Jadi, kalau secara medis kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses seperti saat ini.
Pergaulan bebas juga dapat didefinisikan sebagai melencengnya pergaulan seseorang dari pergaulan yang benar , pergaulan bebas diidentikan sebagai bentuk dari pergaulan luar batas atau bisa juga disebut pergaulan liar.
D. Faktor Penyebab Pergaulan Bebas
Ada beberapa faktor – dan masih ada juga faktor yg lain – yang banyak mempengaruhi terjadinya pergaulan buruk dari kalangan anak-anak muda, yakni:
1. Faktor Orang Tua
Para orang tua perlu menyadari bahwa jaman telah berubah.System komunikasi, pengaruh media masa, kebebasan pergaulan dan modernisasi di berbagai bidang dengan cepat memepengaruhi anak-anak kita.Budaya hidup kaum muda masa kini, berbeda dengan jamanpara orang tua masih remaja dulu. Pengaruh pergaulan yang datang dari orang tuadalam era ini, dapat kita sebutkan antara lain:
* Faktor kesenjangan pada sebagian masyarakat kita masih terdapat anak-anak yang merasa bahwa orang tua mereka ketinggalan jaman dalam urusan orang muda. Anak-anak muda cenderung meninggalkan orang tua, termasuk dalam menentukan bagaimana mereka akan bergaul. Sementara orang tua tidak menyadari kesenjangan ini sehingga tidak ada usaha mengatasinya.
* Faktor kekurang pedulian Orang tua kurang perduli terhadap pergaulan muda-mudi. Mereka cenderung menganggap bahwa masalah pergaulan adalah urusan anak-anak muda, nanti orang tua akan campur tangan ketika telah terjadi sesuatu. Padahal ketika sesuatu itu telah terjadi, segala sesuatu sudah terlambat
* Faktor ketidak mengertian kasus ini banyak terjadi pada para orang tua yang kurang menyadari kondisi jaman sekarang. Mereka merasa sudah melakukan kewajibannya dengan baik, tetapi dalam urusan pergaulan anak-anaknya, ternyata tidak banyak yang mereka lakukan. Bukannya mereka tidak perduli, tetapi memang mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat.
2. Faktor agama dan iman.
Agama dan keimanan merupakan landasan hidup seorang individu. Tanpa agama hidup mereka akan kacau, karena mereka tidak mempunyai pandangan hidup. Agama dan keimanan juga dapat membentuk kepribadian individu. Dengan agama individu dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Tetapi pada remaja yang ikut kedalam pergaulan bebas ini biasanya tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak.
3. Perubahan Zaman
Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan pun ikut berkembang atau yang lebih sering dikenal dengan globalisasi. Remaja biasanya lebih tertarik untuk meniru kebudayaan barat yang berbeda dengan kebudayaan kita, sehingga memicu mereka untuk bergaul seperti orang barat yang lebih bebas.
E. Dampak Pergaulan Bebas
Dampak pergaulan bebas dapat kita lihat seperti tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja, salah satu penyebabnya akibat pergaulan bebas.Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Di kota Denpasar dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang baru duduk di kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual.
Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja.
Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin memprihatinkan.Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari 2005 tercatat 623 orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut terdiri atas usia 5-14 tahun satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352 orang, usia 30-39 tahun 185 orang, usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang.
semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara remaja. Oleh sebab itu mengembangan model pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik (konselor) sebaya menjadi sangat penting.
“Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja menjadi model pemberdayaan masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan peranserta individu memberikan solusi kepada teman sebaya yang mengalami masalah kesehatan reproduksi”.
Pelatihan Managemen tersebut diikuti 24 peserta utusan dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali berlangsung selama empat hari.
Belum lama ini ada berita seputar tentang keinginan sekelompok masyarakat agar aborsi dilegalkan, dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia. Ini terjadi karena tiap tahunnya peningkatan kasus aborsi di Indonesia kian meningkat, terbukti dengan pemberitaan di media massa atau TV setiap tayangan pasti ada terungkap kasus aborsi. Jika hal ini di legalkan sebgaimana yang terjadi di negara-negara Barat akan berakibat rusaknya tatanan agama, budaya dan adat bangsa. Berarti telah hilang nilai-nilai moral serta norma yang telah lama mendarah daging dalam masyarakat. Jika hal ini dilegal kan akan mendorong terhadap pergaulan bebas yang lebih jauh dalam masyarakat.
Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan tanggung jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Legalisasi aborsi bukan sekedar masalah-masalah kesehatan reproduksi lokal Indonesia, tapi sudah termasuk salah satu pemaksaan gaya hidup kapitalis sekuler yang dipropagandakan PBB melalui ICDP (International Conference on Development and Population) tahun 1994 di Kairo Mesir.
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami ; penderitaan kehilangan harga diri (82%), berteriak-teriak histeris (51%), mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%), ingin bunuh diri (28%), terjerat obat-obat terlarang (41%), dan tidak bisa menikmati hubungan seksual (59%).
Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang janin dengan sengaja sebelum waktunya, (sebelum dapat lahir secara alamiah). Abortus terbagi dua;
Pertama, Abortus spontaneus yaitu abortus yang terjadi secara tidak sengaja. penyebabnya, kandungan lemah, kurangnya daya tahan tubuh akibat aktivitas yang berlebihan, pola makan yang salah dan keracunan.
Kedua, Abortus provocatus yaitu aborsi yang disengaja. Disengaja maksudnya adalah bahwa seorang wanita hamil sengaja menggugurkan kandungan/ janinnya baik dengan sendiri atau dengan bantuan orang lain karena tidak menginginkan kehadiran janin tersebut.
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dan memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup berarti dengan cara meyampaikan; jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap menanggung segala risikonya yakni hamil dan penyakit kelamin.
Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk memberikan pendidikan, pengarahan sex kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran akan hal sex tersebut.
F. Solusi (Pencegahan) Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas memang sangat meresahkan, tidak hanya orang tua saja, tetapi masyarakat pun juga dibuatnya resah. Hal ini dapat dikurangi bahkan dapat dicegah dengan cara – cara berikut :
1. Pentingnya kasih saying dan perhatian yang cukup dari orang tua dalam hal dan keadaan apapun.
2. Pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. Pengekangan terhadap seorang anak akan berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya. Di hadapan orang tuannya dia akan bersikap baik dan patuh, tetapi setelah dia keluar dari lingkungan keluarga, dia akan menggunakannya sebagai pelampiasan dari pengekangan itu, sehingga dia dapat melakukan sesuatu yang tidak diajarkan orang tuannya.
3. Seorang anak hendaknya bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Hal tersebut dikarenakan apabila seorang anak bergaul dengan teman yang tidak sebaya yang hidupnya berbeda, sehingga dia pun bisa terpengaruh gaya hidupnya yang mungkin belum saatnya untuk dia jalani.
4. Pengawasan yang lebih terhadap media komunikasi, seperti internet, handphone, dan lain-lain.
5. Perlunya bimbingan kepribadian bagi seorang anak agar dia mampu memilih dan membedakan mana yang baik untuk dia maupun yang tidak baik.
6. Perlunya pembelajaran agama yang diberikan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai agamanya.
Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok.
Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak.
B. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anakMenurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)
Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan, karena bila manusia melewati masa remajanya dengan kegagalannya, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidupnya. Dengan demikian, masa remaja menjadi kunci sukses dalam memasuki tahapan kehidupan selanjutnya.
Masa remaja dimulai dari saat sebelum baligh dan berakhir pada usia baligh. Oleh sebagian ahli psikologi, masa remaja berada dalam kisaran usia antara 11-19 tahun. Adapula yang mengatakan antara usia 11-24 tahun. Selain itu, masa remaja merupakan masa transisi (masa peralihan) dari masa anak-anak menuju masa dewasa, yaitu saat manusia tidak mau lagi diperlakukan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat sebagian anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisik, perkembangan psikis (kejiwaan), dan mentalnya belum menjukkan tanda-tanda dewasa. Pada masa ini (masa remaja), manusia banyak mengalami perubahan yang sangat fundamental dalam kehidupan baik perubahan fisik dan psikis (kejiwaan dan mental). (Menurut Abdul, hal : 2, 2009).
C. Pengertian Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship).
Pergaulan juga adalah HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma agama, norma budaya, serta norma bermasyarakat. Jadi, kalau secara medis kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses seperti saat ini.
Pergaulan bebas juga dapat didefinisikan sebagai melencengnya pergaulan seseorang dari pergaulan yang benar , pergaulan bebas diidentikan sebagai bentuk dari pergaulan luar batas atau bisa juga disebut pergaulan liar.
D. Faktor Penyebab Pergaulan Bebas
Ada beberapa faktor – dan masih ada juga faktor yg lain – yang banyak mempengaruhi terjadinya pergaulan buruk dari kalangan anak-anak muda, yakni:
1. Faktor Orang Tua
Para orang tua perlu menyadari bahwa jaman telah berubah.System komunikasi, pengaruh media masa, kebebasan pergaulan dan modernisasi di berbagai bidang dengan cepat memepengaruhi anak-anak kita.Budaya hidup kaum muda masa kini, berbeda dengan jamanpara orang tua masih remaja dulu. Pengaruh pergaulan yang datang dari orang tuadalam era ini, dapat kita sebutkan antara lain:
* Faktor kesenjangan pada sebagian masyarakat kita masih terdapat anak-anak yang merasa bahwa orang tua mereka ketinggalan jaman dalam urusan orang muda. Anak-anak muda cenderung meninggalkan orang tua, termasuk dalam menentukan bagaimana mereka akan bergaul. Sementara orang tua tidak menyadari kesenjangan ini sehingga tidak ada usaha mengatasinya.
* Faktor kekurang pedulian Orang tua kurang perduli terhadap pergaulan muda-mudi. Mereka cenderung menganggap bahwa masalah pergaulan adalah urusan anak-anak muda, nanti orang tua akan campur tangan ketika telah terjadi sesuatu. Padahal ketika sesuatu itu telah terjadi, segala sesuatu sudah terlambat
* Faktor ketidak mengertian kasus ini banyak terjadi pada para orang tua yang kurang menyadari kondisi jaman sekarang. Mereka merasa sudah melakukan kewajibannya dengan baik, tetapi dalam urusan pergaulan anak-anaknya, ternyata tidak banyak yang mereka lakukan. Bukannya mereka tidak perduli, tetapi memang mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat.
2. Faktor agama dan iman.
Agama dan keimanan merupakan landasan hidup seorang individu. Tanpa agama hidup mereka akan kacau, karena mereka tidak mempunyai pandangan hidup. Agama dan keimanan juga dapat membentuk kepribadian individu. Dengan agama individu dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Tetapi pada remaja yang ikut kedalam pergaulan bebas ini biasanya tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak.
3. Perubahan Zaman
Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan pun ikut berkembang atau yang lebih sering dikenal dengan globalisasi. Remaja biasanya lebih tertarik untuk meniru kebudayaan barat yang berbeda dengan kebudayaan kita, sehingga memicu mereka untuk bergaul seperti orang barat yang lebih bebas.
E. Dampak Pergaulan Bebas
Dampak pergaulan bebas dapat kita lihat seperti tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja, salah satu penyebabnya akibat pergaulan bebas.Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Di kota Denpasar dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang baru duduk di kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual.
Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja.
Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin memprihatinkan.Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari 2005 tercatat 623 orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut terdiri atas usia 5-14 tahun satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352 orang, usia 30-39 tahun 185 orang, usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang.
semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara remaja. Oleh sebab itu mengembangan model pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik (konselor) sebaya menjadi sangat penting.
“Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja menjadi model pemberdayaan masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan peranserta individu memberikan solusi kepada teman sebaya yang mengalami masalah kesehatan reproduksi”.
Pelatihan Managemen tersebut diikuti 24 peserta utusan dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali berlangsung selama empat hari.
Belum lama ini ada berita seputar tentang keinginan sekelompok masyarakat agar aborsi dilegalkan, dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia. Ini terjadi karena tiap tahunnya peningkatan kasus aborsi di Indonesia kian meningkat, terbukti dengan pemberitaan di media massa atau TV setiap tayangan pasti ada terungkap kasus aborsi. Jika hal ini di legalkan sebgaimana yang terjadi di negara-negara Barat akan berakibat rusaknya tatanan agama, budaya dan adat bangsa. Berarti telah hilang nilai-nilai moral serta norma yang telah lama mendarah daging dalam masyarakat. Jika hal ini dilegal kan akan mendorong terhadap pergaulan bebas yang lebih jauh dalam masyarakat.
Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan tanggung jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Legalisasi aborsi bukan sekedar masalah-masalah kesehatan reproduksi lokal Indonesia, tapi sudah termasuk salah satu pemaksaan gaya hidup kapitalis sekuler yang dipropagandakan PBB melalui ICDP (International Conference on Development and Population) tahun 1994 di Kairo Mesir.
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami ; penderitaan kehilangan harga diri (82%), berteriak-teriak histeris (51%), mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%), ingin bunuh diri (28%), terjerat obat-obat terlarang (41%), dan tidak bisa menikmati hubungan seksual (59%).
Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang janin dengan sengaja sebelum waktunya, (sebelum dapat lahir secara alamiah). Abortus terbagi dua;
Pertama, Abortus spontaneus yaitu abortus yang terjadi secara tidak sengaja. penyebabnya, kandungan lemah, kurangnya daya tahan tubuh akibat aktivitas yang berlebihan, pola makan yang salah dan keracunan.
Kedua, Abortus provocatus yaitu aborsi yang disengaja. Disengaja maksudnya adalah bahwa seorang wanita hamil sengaja menggugurkan kandungan/ janinnya baik dengan sendiri atau dengan bantuan orang lain karena tidak menginginkan kehadiran janin tersebut.
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dan memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup berarti dengan cara meyampaikan; jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap menanggung segala risikonya yakni hamil dan penyakit kelamin.
Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk memberikan pendidikan, pengarahan sex kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran akan hal sex tersebut.
F. Solusi (Pencegahan) Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas memang sangat meresahkan, tidak hanya orang tua saja, tetapi masyarakat pun juga dibuatnya resah. Hal ini dapat dikurangi bahkan dapat dicegah dengan cara – cara berikut :
1. Pentingnya kasih saying dan perhatian yang cukup dari orang tua dalam hal dan keadaan apapun.
2. Pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. Pengekangan terhadap seorang anak akan berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya. Di hadapan orang tuannya dia akan bersikap baik dan patuh, tetapi setelah dia keluar dari lingkungan keluarga, dia akan menggunakannya sebagai pelampiasan dari pengekangan itu, sehingga dia dapat melakukan sesuatu yang tidak diajarkan orang tuannya.
3. Seorang anak hendaknya bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Hal tersebut dikarenakan apabila seorang anak bergaul dengan teman yang tidak sebaya yang hidupnya berbeda, sehingga dia pun bisa terpengaruh gaya hidupnya yang mungkin belum saatnya untuk dia jalani.
4. Pengawasan yang lebih terhadap media komunikasi, seperti internet, handphone, dan lain-lain.
5. Perlunya bimbingan kepribadian bagi seorang anak agar dia mampu memilih dan membedakan mana yang baik untuk dia maupun yang tidak baik.
6. Perlunya pembelajaran agama yang diberikan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai agamanya.
Menarik untuk “melirik” sejenak salah satu fenomena pergaulan saat ini yaitu pacaran sekaligus mengemukakan apakah pacaran penting atau tidak. Pacaran memang mungkin indah bagi beberapa orang yang sedang atau pernah mengalaminya. Tapi terkadang pacaran juga meninggalkan rasa sakit yang mendalam bagi sebagian orang lain. Pacaran banyak yang berakhir pada sebuah ikatan perkawinan. Tapi adakalanya pacaran membawa pada maut dan kematian, semisal kasus pembunuhan yang didasari oleh rasa cemburu yang berlebihan.
“Sebenarnya pacaran itu perlu gak sih ?”
Di antara beberapa alasan yang mendukung pentingnya pacaran adalah dengan berpacaran seseorang bisa mengenal lebih jauh sifat dan karakter dari calon pasangannya sehingga ia benar-benar yakin telah mendapatkan seseorang yang cocok baginya sebelum melanjutkan hubungan ke jenjang perkawinan.
Tapi ada yang berpendapat alasan di atas tak selamanya berlaku karena terkadang dalam masa pacaran sifat asli seseorang tidak keluar seutuhnya. Bisa jadi seseorang hanya menunjukkan sikap nya yang baik sesuai dengan keinginan dan kehendak pasangan. Ketika mereka pada akhirnya menikah agak beberapa saat lamanya, barulah kelihatan sifat asli masing-masing.
Lantas bagaimana dengan pacaran yang dilakukan anak-anak ABG (anak baru gede), yang notabene masih sekolah ? Saya kira terlalu dini dan berlebihan jika kita katakan alasan mereka pacaran adalah untuk memilih calon suami/istri mereka kelak. Apakah pacaran yang mereka lakukan bisa dibenarkan dan ada baiknya ?
Pacaran, selain digunakan untuk lebih mengenal calon suami/istri, pada kenyataannya juga merupakan bentuk ekspresi ketertarikan seseorang dengan lawan jenisnya. Semenjak memasuki masa pubertas, ketertarikan tersebut akan terus terjadi seiring makin meningkatnya hormon seksual yang dihasilkan oleh tubuh. Ketika seseorang mengungkapkan cintanya pada lawan jenis, kemudian gayung pun bersambut, maka mereka pun kerap disebut berpacaran.
Ketertarikan dengan lawan jenis adalah sangat manusiawi dan alamiah. Akan tetapi ketika dua orang yang saling mencinta melakukan praktek-praktek pacaran yang negatif dan jauh dari nilai-nilai moral dan agama, maka pacaran pun mulai dianggap negatif bagi sebagian orang.
Terkadang saya berpikir, apakah ungkapan cinta antara dua insan yang belum diikat oleh tali pernikahan, sebagaimana yang dilakukan oleh orang yang berpacaran, harus diekspresikan dengan berdua-duaan, mengkhususkan waktu bagi pacarnya, dan sebagainya. Bukannya dengan berdua-duaan hanya akan memberi peluang bagi aktivitas-aktivitas yang lebih intim, dimulai dengan berpegangan, berciuman, dan hal-hal lain yang mana hanya mereka berdua dan Tuhan yang tahu? Kemudian kalau sampai kebablasan bukannya akan sangat disesalkan?
Pada kenyataannya, sudah terdapat pergeseran nilai yang dipegang masyarakat saat ini di dalam pergaulan, terutama di antara anak muda. Norma moral dan susila yang mungkin dipegang teguh oleh generasi terdahulu sudah ditinggalkan, apalagi norma agama. Mau tak mau kita harus mengakui bahwa nilai-nilai liberalisasi atau kebebasan yang bersumber dari barat sudah masuk hingga ke pelosok-pelosok desa di Indonesia. Masyarakat sudah semakin permisif dan seakan-akan apapun yang dilakukan, asalkan didasari atas prinsip suka sama suka dan tidak mengganggu ketentraman orang lain, mulai dibenarkan dan diterima terutama di kota-kota besar.
Menarik untuk mengetahui berbagai hasil survei mengejutkan yang pernah dilakukan menyangkut pergaulan anak muda sekarang, dimana di beberapa kota besar lebih dari setengah remaja wanitanya sudah tak lagi perawan. Dan menarik juga untuk mengetahui fakta yang terjadi di lapangan bahwa keperawanan mulai dianggap sebagai hal yang tak lagi sakral, dan melepas keperawanan dengan orang yang dicintai walaupun belum menikah, bukan lagi dianggap hal yang besar bagi sebagian wanita saat ini.
Lebih mencengangkan lagi berita yang sudah kita dengar belum lama ini dimana beberapa anak SD sudah bisa melakukan hubungan yang hanya layak dilakukan oleh suami istri, bahkan parahnya dilakukan bersama-sama berpasang-pasangan. Bayangkan saja, anak SD saja sudah bisa begitu kelakuannya.
Pernah hal ini mengemuka dalam percakapan saya dengan salah seorang teman di luar negeri, dan ia terkejut dan tak percaya jika Indonesia yang dianggap relijius dan memiliki masyarakat yang berpandangan ortodoks memiliki fakta-fakta di atas.
Menurut pendapat saya, sulit melepaskan peran hawa nafsu ketika seseorang berniat ataupun sedang berpacaran. Cepat atau lambat hawa nafsu akan memainkan peranan apalagi ketika kegiatan berdua-duaan semakin intens dilakukan.
Mengapa tak bisa seorang remaja mengungkapkan rasa cintanya melalui sebuah hubungan yang sehat, tanpa harus melalui istilah pacaran dan kegiatan-kegiatan yang terkait dengannya? Bukannya jauh lebih sehat dan positif jika bisa berhubungan dengan siapa saja, laki-laki ataupun perempuan, layaknya pertemanan sehingga pergaulan pun menjadi lebih luas dan terbuka? Jika membutuhkan teman curhat yang mengerti diri kita bukannya bisa tanpa harus dengan berpacaran?
Lain halnya ketika seseorang sudah cukup umur untuk menikah, maka tergantung dengan norma-norma yang dipegangnya, adakalanya pacaran dianggap hal yang lumrah. Itupun tentunya diharapkan masih dalam kerangka hubungan yang positif.
Terdapat beberapa hal yang kurang menyenangkan sebagai akibat berpacaran. Di antaranya adalah sakit hati diputus oleh sang pacar. Jika sudah begini, terkadang aktivitas rutin sehari-hari pun terganggu, termasuk anak sekolah dan mahasiswa. Menjadi tambah sakit setelah mengetahui bahwa selama ini sang pacar tak benar-benar mencintainya, padahal hampir seluruh upaya sudah dikerahkan dan diserahkan, tak terkecuali mungkin bagian yang paling pribadi pada dirinya. Apalagi jika sang pacar ternyata adalah seorang playboy atau playgirl.
Rasa sakit hati, yang tak jarang disertai dendam, akan bisa mengakibatkan rusaknya hubungan antara dua orang manusia selama-lamanya, hal yang mungkin tak akan terjadi jika tidak berpacaran. Adakalanya rasa sakit hati itu menjadi tidak rasional dan berujung pada suatu tindakan kriminal.
Bagi yang berpacaran secara tak sehat, adakalanya terjadi kehamilan yang tak diharapkan di luar nikah. Jika terjadi pada siswa yang masih sekolah ataupun mahasiswa, tentu pendidikannya akan terganggu, yang tak jarang berujung pada kondisi putus sekolah atau drop out. Berpacaran dengan praktik yang tak sehat juga berisiko mengundang penyakit yang ditularkan melalui kontak seksual seperti sipilis, herpes, gonorrhoea, chlamydia, hepatitis, HIV, dan sebagainya. Adalah anggapan yang salah jika seseorang berkata ia tak akan tertular penyakit jika ia hanya berhubungan dengan satu orang saja. Ia mungkin saja setia, tapi bagaimana dengan pasangannya? Adakalanya seseorang tertular penyakit walau baru sekali melakukan hubungan seksual.
Berpacaran, terutama yang dilakukan di usia belia, juga menghabiskan waktu, uang, dan tenaga yang bisa sebenarnya diperuntukkan untuk berbagai hal lain yang lebih bermanfaat. Usia muda selayaknyalah digunakan untuk hal-hal positif yang bisa berguna kelak untuk masa depannya. Sementara tuntutan untuk bersosialisasi dengan sesamanya, termasuk dengan yang berlawanan jenis, tetap bisa dilakukan tanpa harus melalui embel-embel pacaran.
Berpacaran, walaupun yang sudah lama terjalin, tak menjamin hubungan kedua orang manusia yang sedang dimabuk cinta itu berakhir di pelaminan. Sering sekali orang-orang yang sudah berpacaran sejak lama tetap pada akhirnya harus mengakhiri hubungan mereka, dan sering juga orang-orang hanya berkenalan dalam waktu singkat bisa disatukan oleh pernikahan dan langgeng hingga akhir hayatnya.
Pada akhirnya, semuanya berpulang pada diri kita masing-masing apakah menganggap pacaran itu baik atau tidak, perlu atau tidak. Dan ada berbagai alasan orang berpacaran, mulai dari bersenang-senang belaka sampai kepada keseriusan untuk menikah. Dan tentunya adalah bijak bagi orang-orang yang berpacaran untuk melakukannya secara sehat.
Langganan:
Postingan (Atom)